Memahami Cara Kerja Blockchain : Mudah

Blockchain adalah sebuah cara menyimpan data secara digital yang saling terkoneksi antara satu perangkat (node) dengan perangkat lainnya.

Jika dilihat dari namanya sendiri, blockchain ini terdiri dari dua kata, yaitu block yang berarti adalah kelompok (dalam hal ini sekelompok data) dan chain yang artinya rantai.

Jika melihat pada kedua kata tersebut, maka pengertian blockchain adalah sebuah kelompok data yang saling terhubung seperti rantai.

Blockchain sendiri merupakan teknologi penyimpanan data digital yang media penyimpanannya akan saling terhubung sama lain.

Data yang tersimpan pun bisa bermacam-macam, tergantung dengan kebutuhan

Keistimewaan dari Blockchain adalah jaringan ini tidak mempunyai otoritas pusat (pengendali pusat) Informasi.

Dalam teknologi Blockchain, semua data transaksi dapat dilihat atau terbuka untuk siapapun, sehingga sifatnya transparan. Selain itu, semua orang yang terlibat di dalamnya memiliki tanggung jawab akan tindakan mereka sendiri.


img source: ame.org

Cara Kerja Blockchain

Cara kerja blockchain adalah memanfaatkan atau menggunakan sumber daya komputer untuk membuat blok (kelompok data) yang terhubung satu sama lain guna mengeksekusi suatu transaksi. Bisa dikatakan, Blockchain memakai jaringan peer to peer (jaringan dua atau lebih komputer yg terhubung satu sama lain), yang mana jaringan tersebut mengikuti suatu protokol untuk berkomunikasi satu sama lain antar node (saluran komunikasi pada sebuah komputer) serta mengkonfirmasi blok-blok baru.

Pembuatan blok dalam blockchain adalah proses saat suatu transaksi dimulai. Transaksi tersebut diverifikasi oleh ribuan lebih komputer yang mana didistribusikan dalam internet. Tiap transaksi yg telah terverifikasi kemudian menjadi satu blok data yg kemudian ditambahkan pada rantai (chain), lalu disebar ke dalam suatu jaringan khusus hingga menghasilkan catatan dan riwayat unik.


-------------------

"Belanja Handhphone dan aksesoris murah di konter Ashkai Cell. Kode Promo*: MD40"

-------------------


Dalam proses pembuatan rangkaian blok tersebut, ada beberapa hal kondisi yang harus terjadi, di antaranya:

1. Ada transaksi

2. Transaksi tersebut diverifikasi

3. Transaksi disimpan ke dalam suatu blok

Blok kemudian mendapatkan hash atau kode identifikasi yang unik

Saat blok baru tersebut ditambahkan ke dalam blockchain, maka block akan tersedia untuk umum sehingga bisa dilihat oleh siapa saja. Jika anda menilik kembali ke Blockchain, Anda akan punya akses untuk ke data transaksi serta informasi mengenai dimana, kapan, dan oleh siapa blok itu ditambahkan ke dalam blokchain.

 

Jadi Misalkan, ketika Anda berbelanja di sebuah mall atau retail menggunakan kartu debit untuk alat pembayaran, maka biasanya akan ada pihak ketiga, yaitu bank.

Pembayaran Anda ke pihak mall atau retail difasilitasi bank lewat kartu debit Anda tersebut.

Bila anda bertransaksi melalui perantara Bank maka pasti akan ada biaya transaksi atau biaya administrasi yg harus dikeluarkan.

Selain itu anda juga membutuhkan ijin/syarat tertentu dari bank tersebut agar dana anda yg tersimpan pada rekening bank anda bisa digunakan utk pembayaran transaksi anda (contoh: rekening anda sedang dibekukan karena sesuatu dan lain hal)

Tapi, sekarang dengan adanya teknologi Blockchain, peran dari pihak ketiga yaitu bank tidak dibutuhkan lagi. Sebab, semua transaksi pembayaran yang sudah pernah kita lakukan sebelumnya sudah tercatat ke banyak komputer dalam jaringan tersebut secara otomatis.

Nah, karena data tersimpan dalam banyak komputer, maka tentu akan membuat data menjadi lebih sulit untuk dibobol oleh hacker. Hal itulah yang membuat Blockchain technology adalah sistem jaringan penyimpanan dengan keamanan baik, termasuk keamanan transaksi.

Berbicara tentang keamanan, sistem blockchain adalah memanfaatkan kode-kode kriptograf unik yg membuatnya sulit dibobol oleh seseorang. Perannya mirip seperti sidik jari Anda pada dokumen2 fisik anda yg anda punya, hanya saja ini digunakan pada data-data digital yang dimiliki. Dengan pemberian kode unik tersebut, data Anda akan menjadi lebih aman dan orisinil.

Sebab, hanya Anda atau orang terkait yang berhak dan bisa untuk masuk ke dalam akses data. Kode unik pada Blockchain adalah berupa nilai karakter panjang. Dengan begitu, jika nantinya terjadi proses peretasan atau pembobolan, prosesnya akan lebih lama atau dapat cukup mustahil untuk bisa dilakukan karena sulitnya menebak kode unik tersebut.

 

Tipe-Tipe Blockchain

Tahukah Anda jika cryptocurrency menggunakan berbagai tipe blockchain yang berbeda? Sejauh ini, ada 3 tipe Blockchain, yaitu Blockchain Publik, Blockchain Privat dan Blockchain Konsorsium. Berikut penjelasannya.


1. Blockchain Publik

Blockchain public merupakan jenis Blockchain yang dikembangkan secara bersama oleh public. Siapapun bisa untuk ikut dalam mengembangkan blockchain ini karena sifatnya yang terbuka bagi publik.

Blockchain ini dianggap terdesentralisasi sepenuhnya, dengan kontrol yang tidak di tangan individu maupun kelompok tertentu. Contoh dari Blockchain Publik adalah Bitcoin Blockchain, Blickchain Ethereum, Blockchain Litecoin dan lain sebagainya.

 

2. Blockchain Privat

Jenis lainnya dari blockchain adalah Blockchain Privat. Berbeda dari sebelumnya, Blockchain Privat tidak menawarkan akses secara terbuka. Tipe Blockchain ini tidak bisa untuk diakses oleh public. Bahkan untuk source code pun tidak dipublikasikan oleh pengembangnya.

 

Hanya individu, anggota kelompok ataupun kalangan internal dari perusahaan pemilik proyek Blockchain tersebut yang mempunyai akses Blockchain Privat. Biasanya, ini digunakan untuk kepentingan database dan riset dari suatu jasa atau produk dari sebuah perusahaan. Contoh dari Blockchain privat adalah multichain, hyperledger dan lain sebagainya.

 

3. Blockchain Konsorsium

Blockchain Konsorsium adalah Blockchain yang dikembangkan suatu kelompok bersama untuk kepentingan atau tujuan tertentu. Secara sederhana, Blockchain Konsorsium merupakan jenis Blockchain Privat yang diberdayakan atau dikembangkan oleh lebih dari satu kelompok.

 

Blockchain Konsorsium ini dapat dilihat sebagai Blockchain semi-terdesentralisasi dan sering dikaitkan pada perusahaan-perusahaan yang berkelompok dan berkolaborasi sama-sama untuk memanfaatkan teknologi tersebut guna meningkatkan kinerja dari bisnis2 mereka.


Fungsi dan Keunggulan Blockchain

1. Membuat Barang Digital Menjadi Sesuatu yang Unik

Semenjak kemunculan internet, para ahli dalam bidang teknologi terus mencari cara mengenai bagaimana bisa membuat hal-hal seperti musik dengan file mp3 dapat dipindahkan dengan mudah, tanpa batas, dan tanpa proses settlement ke seluruh dunia. Blockchain adalah salah satu terobosan yang merealisasikannya.

2. Data Aman

Kelebihan lainnya dari blockchain adalah sistem keamanannya yang diketahui cukup baik untuk menjaga data Anda. Mengingat penyimpanannya ada dalam banyak komputer, maka data Anda pun akan terhindar dari hacker.

3. Menghilangkan Middleman

Adanya teknologi Blockchain, seperti yang dikatakan sebelumnya jika dapat memungkinkan untuk terjadi transaksi secara peer to peer antara customer dengan penyedia jasa/ vendor yang kini banyak dikuasai middleman platform teknologi. Sehingga, blockchain memungkinkan Anda melakukan transaksi secara mandiri.

4. Memperbaharui “Sharing Economy”

Sharing economy adalah penggunaan teknologi untuk memfasilitasi pertukaran barang/jasa antar 2 pihak atau lebih.

Biasanya sharing economy ini membatasi para penggunanya untuk menggunakan jasa atau aplikasi milik platform tertentu saja, sehingga penyedia platform jasa tersebut dapat menarik atau mengenakan biaya pada setiap transaksi anda.

Akan tetapi, Blockchain adalah tempat dimana Anda bisa bertransaksi tanpa middleman (perantara) sehingga tidak ada biaya apapun.

5. Data Pada User atau Customer

Adanya teknologi Blockchain ini, kepemilikan data menjadi ada pada customer dan tidak dikuasai oleh platform-platform teknologi besar. Sehingga jika Anda mau menjual atau tidak data Anda itu bisa terserah diri sendiri.

6. Transparan serta Immutabilitas

Perubahan di Blockchain Publik bisa untuk dilihat dengan terbuka dan transparan oleh semua pihak yang membuat. Transaksi tersebut juga tidak bisa berubah, sehingga tidak seorangpun dapat menghapusnya.

7. Transaksi Lebih Cepat

Transaksi antar bank tentu bisa memakan waktu sampai beberapa lama atau beberapa hari untuk penyelesaian akhir dan kliring, terlebih pada saat di luar jam kerja. Tapi, dengan transaksi Blockchain, anda dapat mengurangi waktu transaksi dari hitungan jam atau hari, menjadi hanya beberapa menit

 

Teknologi Blockchain telah memunculkan revolusi pada proses bisnis saat ini.

Coba ambil contoh kecil dari buku elektronik atau E-book yang bisa saja dilengkapi dengan kode unik Blockchain. Sekarang ini, beberapa marketplace memberikan ruang untuk orang-orang menjual buku elektronik yang mereka buat.

 

Fungsi blockchain adalah memungkinkan semua buku baik elektronik maupun non-elektronik tersebut dapat beredar dengan bentuk yang sudah disandikan. Lalu, pada setiap transaksi yang berhasil akan mengirim atau mentransfer sejumlah uang seharga buku tersebut kepada penulis atau pemilik atau penjual buku, kemudian mereka membukakan kunci buku kepada pembeli.

 

Tidak hanya itu, contoh lainnya dari revolusi bisnis karena adanya Blockchain bisa Anda lihat pada dunia finansial. Dimana pemanfaatan dari Blockchain adalah tidak hanya mengenai transaksi uang kripto.

 

Blockchain bisa diaplikasikan untuk merekap transaksi saham maupun obligasi dan mencatat kepemilikan property atau tanah. Bahkan teknologi Blockchain ini juga bisa Anda gunakan untuk pembayaran lintas negara. Lalu Apa Itu Crypto Currency (mata uang kripto/mata uang digital)? Dan Apa Korelasinya Dengan Blockchain?

Cryptocurrency adalah istilah untuk menyebut sebuah mata uang digital. Contoh Bitcoin, Ethereum, serta Ripple yang menjadi 3 cryptocurrency paling populer.

(Catatan: bedakan ya, antara coin crypto deng token crypto, coin dan token adalah 2 bentuk yang berbeda)

Cryptocurrency kerap memiliki harga yang tinggi karena beberapa alasan. Salah satunya adalah karena sulitnya menambang sebuah mata uang digital. Perlu modal besar dan waktu lama untuk mengumpulkan 1 koin saja. Selain itu, ada hal lain mengapa cryptocurrency cukup populer, yaitu transaksinya tidak membutuhkan pihak ketiga.

Crypto currency (mata uang digital) ini bisa didapatkan dengan cara ditambang (crypto mining).

Sederhananya mekanisme nya kurang lebih seperti ini, transaksi2 dan/atau transaksi yg menggunakan mata uang digital (crypto) yg berlangsung dalam jaringan suatu blockchain di divalidasi melaluinya, dan tercatat secara masif di dalam jaringan blockchain ini, bentuknya berupa data dalam bentuk kriptograf (sandi2 unik yang rumit).

Mulai dari nilai hingga pemilik, tercatat dalam suatu blok.

Untuk mendapatkan crypto, anda harus menambang blok2 blokchain ini yg berisi/merupakan kumpulan data2 transaksi dari blokchain itu sendiri.

Anda harus membuka akses blok2 dalam rantai blockchain yang untuk membuka nya anda harus menyelesaikan persamaan2 matematika yang amat sangat rumit.

Untuk memecahkannya, anda memerlukan hash (hash adalah alogaritma matematika yang dipakai untuk memgubah suatu informasi menjadi angka, huruf atau karakter lainnya) dan ini membutuhkan jejaring komputer dengan spesifikasi yang tinggi (super computer dsb)

Barangkali Anda pernah mendengar tambang kripto yang terdiri dari jejaring GPU yang membentuk supercomputer. Tambang seperti itu dibutuhkan karena persamaan matematika untuk membuka blockchain sangat rumit

Cryptocurrency sangat bergantung dengan adanya sistem Blockchain. Sederhananya adalah Cryptocurrency muncul setelah sistem Blockchain hadir. Inilah mengapa mekanisme mata uang digital menggunakan enkripsi yang berbeda dari biasanya.

Mata uang digital yang tidak memiliki bentuk memerlukan mekanisme seperti ini. Semua mekanisme dalam Blockchain merupakan dasar dari uang krypto. Menariknya adalah mata uang digital memiliki sistem transaksi lintas batas, namun dengan kecepatan tinggi. Sedangkan biaya transaksi jauh lebih murah daripada ketika menggunakan pihak ketiga.

Setelah sebelumnya kita membahas apa itu blockchain dan apa itu crypto currency dan korelasi nya, sekarang kita membahas bagaimana blockchain dan crypto currency yg ideal itu

 

Sudah hampir empat belas tahun sejak Bitcoin memperkenalkan dunia pada teknologi blockchain. Whitepaper-nya menyajikan blockchain sebagai alternatif pembayaran peer-to-peer. Sejak itu, teknologi blockchain telah berkembang menjadi sebuah teknologi dengan potensi utk berkembang ke arah yg lebih banyak lagi.

 

Blockchain menggunakan kombinasi teknologi yang berbeda2 untuk memproses transaksi dan menyimpan data. Ini termasuk kriptografi, jaringan peer-to-peer, permodalan teori game dsb. Kriptografi melibatkan encoding dan decoding data, sedangkan teori game menggunakan permodelan matematika untuk mempelajari pengambilan keputusan strategis pada sebuah permainan game. Untuk jaringan peer-to-peer ini telah memungkinkan utk terjadinya transaksi tanpa perantara.

 

Teknologi2 tersebut bekerja bersama untuk menciptakan suatu sistem transaksi yang trustless (trustless disini dalam kamus crypto, artinya yaitu bahwa anda tidak memerlukan pihak Ketiga manapun dalam melakukan transaksi anda atau tidak ada badan keuangan lain yg perlu anda pakai dan "percayai" untuk menjembatani transaksi yg ingin anda lakukan)

Jadi sistem blockchain ini harus:

 

1. Secure (aman)

2. Transparent (transparan)

3. Decentraliced (terdesentralisasi)

 

Sama seperti apa yang diproyeksikan di whitepaper nya Bitcoin (dan yg sebetulnya merupakan visi dan cita2 awal Satoshi Nakamoto).

Lalu, ketika adopsi teknologi blockchain meningkat, teknologi ini dituntut utk berkembang lebih jauh utk memenuhi kebutuhan pengguna nya yang terus meningkat.

Ini kemudian mengarah pada pengembangan teknologi2 blockchain lainnya

Secara umum, teknologi blockchain dapat dipecah menjadi layer 0, layer 1, layer 2 dan layer 3.

(Artinya disini satu blockchain itu bisa terdiri dari beberapa layer)

Setiap layer (lapisan) mempunyai fungsionalitas yang berbeda pada ekosistem blockchain tersebut.

Layer2 tersebut bisa berguna/dipakai antara lain sebagai:

1. penyedia basic security (keamanan dasar)

2. sebagai penyedia skalabilitas (skalabilitas pada blockchain artinya adalah kemampuan sistim utk tumbuh dan mengakomodasi permintaan transaksi yg terus meningkat)

3. interoperabilitas (interoperabilitas adalah kemampuan dari dua atau lebih sistim untuk berbagi data atau berkomunikasi antar jaringan chain, pada blockchain ini mengacu pada kemampuan untuk transfer kepemilikan aset digital antar berbagai platform blockchain)

4. pengembangan dll

Tapi apa sebenarnya arti lapisan-lapisan ini dan bagaimana kaitannya dengan evolusi teknologi blockchain?

 

Layer 0

Protokol Layer 0 adalah elemen fondasi dari teknologi blockchain. Kita anggap saja layer 0 ini sebagai kerangka tempat di mana keseluruhan jaringan blockchain akan dibangun. Ini berisi infrastruktur jaringan fisik yang membentuk dasar dari ekosistem blockchain.

Protokol implementasi Layer 0 sering dilihat sebagai “blockchain dari blockchains.” Contoh satu2 nya dari layer 0 ini adalah blockchain Polkadot.

Jadi, infrastruktur Layer 0 ini memegang kunci untuk interoperabilitas lintas rantai.

Blockchains seperti Bitcoin dan Ethereum memiliki sedikit atau tidak ada kemampuan untuk berkomunikasi satu sama lain. Namun, Polkadot menyediakan platform di mana blockchain dapat dibangun untuk memfasilitasi komunikasi lintas rantai ini.

LAYER 1

Teknologi Blockchain menjadi hidup di Layer 1 ini.

Di sini, kita akan dapat menemukan bahasa pemrograman, mekanisme konsensus, penyelesaian sengketa, block time (lama waktu yg dibutuhkan utk membentuk 1 blok dalam blockchain crypto) , dan parameter2 lainnya yang berfungsi utk menjaga dan mempertahankan fungsionalitas dari blockchain itu sendiri.

Oleh karena itu, layer 1 ini juga dikenal sebagai lapisan implementasi.

Blockchain Layer 1 yang paling terkenal adalah Bitcoin dan Ethereum.

 

Bitcoin ke Ethereum

Buku putih Bitcoin memperkenalkan solusi yang akan mendesentralisasikan transaksi keuangan. Ini membentuk dasar dari blockchain Bitcoin.

Blockchain ini dirancang untuk menghilangkan perantara utk diganti dng sistim trustless

Dengan begitu, transaksi akan lebih murah dan cepat.

Bitcoin blockchain ini membentuk generasi pertama blockchain, yaitu ttg otonomi keuangan. Tujuan Bitcoin adalah untuk membangun jaringan transaksi pembayaran terdesentralisasi, yang beroperasi di luar kendali organisasi atau pemerintah mana pun.

Nah, lalu saat teknologi blockchain menjadi populer, orang-orang akhirnya menyadari bahwa teknologi blockchain itu dapat digunakan lebih dari sekadar transaksi keuangan peer-to-peer. Ini mengilhami pembuatan blockchain Layer 1 lainnya: Ethereum.

Rantai Ethereum, seperti Bitcoin, tujuannya utk menciptakan sistem keuangan yang terdesentralisasi. Namun, para pendirinya menambahkan sesuatu ke dalam rantai Ethereum, yaitu kemampuan untuk menulis kontrak dalam kode.

Smart Contract (Kontrak pintar) adalah kontrak yang dijalankan mandiri (oleh sistim protokol) di dalam blockchain, yang memfasilitasi transaksi peer-to-peer dan memungkinkan fungsionalitas tambahan, seperti perdagangan terdesentralisasi, simpan pinjam, dan berbagai kemampuan lainnya.

Teknologi Ethereum dapat dilihat sebagai bagian dasar di balik blockchain generasi kedua.

Namun, bitcoin dan ethereum masih dibatasi oleh kelemahan yang melekat pada blockchain Layer 1.

Apa itu yg jadi kelemahan layer 1?

Blockchain Layer 1 biasanya memiliki masalah dengan skalabilitas dan interoperabilitas. Skalabilitas mengacu pada kemampuan blockchain untuk menangani lebih banyak transaksi saat permintaan muncul, sementara interoperabilitas adalah kemampuan yg dibutuhkan untuk memungkinkan komunikasi lintas rantai.

Bitcoin dan Ethereum ternyata tidak sepenuhnya ideal.

Salah satu syarat Idealnya blockchain, blockchain itu harus mampu mendukung ribuan transaksi per detik, dan memungkinkan untuk menangani kemacetan jaringan dengan nyaman (scalability).

Tetapi Bitcoin hanya dapat melakukan 7-10 transaksi per detik, dan Ethereum itu hanya mencapai max sekitar 30 per detik.

Kecepatan kedua nya masih lambat, karena kedua rantai menggunakan mekanisme konsensus Proof-of-work (PoW). PoW membutuhkan komputer untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks, yang membutuhkan waktu dan daya komputasi. Jadi, ketika terlalu banyak transaksi yang ditulis di blockchain Bitcoin dan Ethereum, jaringan menjadi padat, menyebabkan penundaan dan transaksi yang mahal.

Oleh karena itu, rantai ini mengalami kesulitan bersaing dengan sistem pemrosesan pembayaran konvensional yang ada, seperti contoh Visa dan Mastercard.

Visa dan mastercard ini mampu mendukung ribuan transaksi per detik dan biaya transaksi tidak pernah melonjak, bahkan ketika ada banyak transaksi yang ditulis di sistem mereka.

Tapi pada blockchain bitcoin maupun ethereum, walaupun kedua nya unggul dalam keamanan dan desentralisasi tapi keduanya tidak dapat mendukung transaksi yg masif secara cepat

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menskalakan blockchain Layer 1.

Ini harus melibatkan peningkatan jumlah node.

Semakin banyak node yang ada di ekosistem, semakin cepat dan murah transaksinya.

Namun, langkah ini datang dengan serangkaian masalahnya sendiri, yang biasa disebut sebagai TRILEMMA BLOCKCHAIN

Trilemma blockchain adalah sebuah anggapan bahwa sebuah rantai blockchain hanya bisa memprioritaskan dua dari tiga elemen blockchain

 

Elemen blockchain ada 3 yaitu:

1. Decentralization

Sebuah blockchain yg ideal harus terdesentralisasi. Terdesentralisasi artinya blockchain ini harus tidak terpusat, tidak ada otoritas pusat nya, jadi bila tidak terpusat maka tidak ada pengendali nya,, dia selama nya hanya berjalan sesuai protokol yg ditanamkan, dan setelah protokol dijalankan tidak akan ada yg bisa menghentikan atau merubahnya, dengan demikian tidak ada yg bisa mengintervensi ataupun memanipulasi data2 yg ada di blockchain tersebut, bahkan tidak juga pemerintah maupun developer nya sendiri.

2. Security

Sebuah blockchain yg ideal juga harus mempunyai sistim manajemen security yg tinggi, tidak mudah diretas dan dimanipulasi pihak lain, kerahasian dan autentifikasi data nya harus benar2 terjamin

3. Scalability

Skalabilitas ini penting bagi blockchain karena, seperti yg telah dijelaskan dan di ilustrasikan di atas, ini berpengaruh pada kecepatan dan kemampuan suatu blockchain dalam melakukan transaksi dan validasi

Selain itu skalabilitas itu juga erat kaitannya dng interoperabilitas Blockchain yang ideal harusnya bisa memenuhi seluruh dari ke 3 elemen tersebut diatas.

Akan tetapi selama ini belum ada blockchain yg mampu memenuhi ke 3 nya.

Umumnya mereka harus terpaksa memprioritaskan hanya 2 dari ke 3 elemen tersebut yaitu desentralisasi dan security, adapun untuk skalabilitas biasanya mereka menggunakan cara alternatif lain di luar blockchain inti (sidechain), dan ini juga bukan tanpa kelemahan dan resiko.

Dan sebagai akibat nya terpaksa mengorbankan manfaat2 lain yang tersisa.

Contoh dari trilemma blockchain:

Bitcoin dan Ethereum menawarkan tingkat keamanan dan desentralisasi yang tinggi dengan mengorbankan skalabilitas.

Hal ini menyebabkan bitcoin tidak begitu mumpuni untuk dijadikan sebagai alat transaksi, kebanyakan orang memperlakukan bitcoin sebagai aset kekayaan digital yg bisa diperdagangkan di bursa, ini menjadi salah satu penyebab bitcoin hanya bisa dimiliki oleh para whale (istilah utk para investor kelas kakap)

contoh lainnya, Solana dan BNB, kedua nya memprioritaskan skalabilitas dan keamanan, tetapi sangat terpusat (tidak terdesentralisasi).

Sebagai akibat nya kedua nya bisa diintervensi oleh pihak lain (entah pemerintah maupun para tim developer nya sendiri) sehingga para pemegang koin nya pun harus tunduk pada peraturan pemerintah dsb.

Ada juga masalah interoperabilitas yang buruk. Blockchain Layer 1 saat ini ada sebagai ekosistem terpisah mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka terbatas untuk bertransaksi di dalam diri mereka sendiri. Ini adalah salah satu hambatan terbesar bagi kemajuan DeFi (decentralize finances) sebagai alternatif sistim keuangan tradisional.

 

LAYER 2

Blockchain Layer 2 dibuat sebagai solusi untuk masalah skalabilitas layer 1.

Layer ke-dua biasanya dikenal sebagai solusi lapis kedua atau protokol blockchain yang berlokasi di luar blockchain aslinya (off-chain). Jaringan blockchain ini adalah protokol yang berdiri di atas jaringan blockchain layer 1 dan menjadi solusi atas masalah skalabilitas di blockchain lapisan pertama.

Solusi ini memiliki banyak bentuk, seperti rollup, sidechains, state channel, nested blockchains, dan banyak lagi. Umumnya ini semua dibangun di atas/bersama dengan protokol Layer 1 yang ada.

Ini memberikan jalan di mana transaksi dan proses dapat berlangsung secara independen dari rantai utama (lapisan 1). Ini sangat meningkatkan skalabilitas tanpa mengubah infrastruktur rantai utama, sehingga menghindari trilemma blockchain.

Contoh terkenal dari jaringan Layer 2 termasuk Polygon dan Arbitrum, yang dibangun di atas Ethereum. Polygon dapat mendukung hingga 65 ribu transaksi per detik. Ini 2.000 kali lebih cepat dari yang ditawarkan blockchain Ethereum. Ada juga Lightning Network, yang dibangun di atas Bitcoin. Ini memproses hingga satu juta transaksi per detik.

 

Sepintas terlihat bahwa solusi ini bisa menyelesaikan trilemma blockchain di masalah skalabilitas,

 

Sayangnya, banyak Layer 2 menjadi korban beberapa masalah yang sama dengan Layer 1, termasuk interoperabilitas.

Jadi sementara layer 2 ini menawarkan solusi untuk trilemma blockchain, mereka ternyata sangat bergantung pada jembatan (bridge) dan solusi pihak ketiga lainnya ketika pengguna ingin memindahkan dana lintas rantai.

Jadi otomatis blockchain yg ideal nya seharusnya mempunyai sifat premissionless dan trustless, tidak lagi bisa sepenuhnya demikian, karena sedikit banyak tergantung/dijembatani oleh pihak ke 3.

 

LAYER 3

Selain layer 1 dan layer 2, terdapat pula layer blockchain ke-tiga. Lapisan ini memungkinkan aplikasi terdesentralisasi (dApps) bisa beroperasi di atas jaringan blockchain. Lapisan ini juga mencakup aplikasi-aplikasi atau platform yang dibangun di atas bloockchain.

Misal Pada jaringan Ethereum, contoh jaringan blockchain lapis ketiga nya adalah Uniswap, yaitu salah satu aplikasi dexswap (swap terdecentralisasi) terbesar di dunia yg di pakai juga oleh core utk memfasilitasi testnet swap, lalu ada juga Aave dsb dsb


source:  CoreDao.org 's Discord by CoreLunar


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.